type='text/javascript'/>

Choirul Mahfud Marsahid

"berbagi adalah ibadah. this web for sharing".

Thursday, November 10, 2011

3 Karakter Kepemimpinan di Komunitas Tionghoa

Karakter kepemimpinan di komunitas Tionghoa identik dengan gaya "Bos". Tapi bukan itu saja. Masih ada dua lainnya. Hal ini diungkap dalam diskusi yang dihelat CCIS (Center for Chinese Indonesian Studies) UK Petra Surabaya. Tema diskusinya tentang isu dan pola kepemimpinan di Komunitas Tionghoa. Pembicaranya adalah seorang peneliti kepemimpinan Tionghoa di Surabaya, Dr. Alex Lim, MRE.

Acara diskusi ini berlangsung di Ruang Teater Perpustakaan UK Petra Surabaya, belum lama ini. Dihadiri oleh puluhan peserta dan masyarakat umum yang mayoritas dari warga Tionghoa dan akademisi di lingkungan kampus UK Petra Surabaya.

Alasan dipilihnya topik ini karena persoalan kepemimpinan termasuk hal yang krusial. Terlebih di era demokrasi seperti saat ini, di mana pola kepemimpinan yang ada di komunitas masyarakat akan sangat menentukan nasib komunitas tersebut, termasuk di komunitas Tionghoa.

Menurut Aditya Nugraha, anggota CCIS UK Petra, meskipun topik kepemimpinan memang sudah cukup banyak dibahas, namun topik tentang pola kepemimpinan di komunitas Tionghoa bisa dikatakan sangat jarang diteliti atau diwacanakan di masyarakat kita.
“Karena itu, topik ini sengaja diangkat ke permukaan untuk konsumsi publik yang ingin tahu tentang masalah ini” imbuhnya.

Secara panjang lebar, Dr. Alex Lim, MRE yang didaulat sebagai narasumber menjelaskan hasil risetnya tentang pola kepemimpinan Tionghoa di Indonesia. “Secara umum, riset saya memang terkait tentang pola kepemimpinan Tionghoa di Indonesia. Namun, saya membatasinya pada kepemimpinan di komunitas Tionghoa yang beragama Kristen dan Gereja” paparnya.

Namun begitu, Alex menyatakan bahwa kajiannya juga dikembangkan pada pola kepemimpinan di komunitas Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Alex Lim menyatakan bahwa hingga saat ini, kepiawaian orang Tionghoa dalam berbisnis masih lebih menonjol ketimbang isu tentang kepemimpinan. “Hal ini dimaklumi, sebab filosofi hidup warga Tionghoa yang menonjol adalah uang” ungkapnya.

Lanjut Alex, berbicara mengenai Tionghoa, juga tidak lepas dari pengaruh kepercayaan tradisi, seperti Fengshui, karakter huruf, warna, angka, shio dan lainnya, ketimbang melulu isu kepemimpinan dan masalah politik praktis lainnya. “Hal ini mungkin masih dimaklumi sebab pada era sebelum reformasi warga Tionghoa memperoleh perlakuan yang diskriminatif, namun kini topik kepemimpinan nampaknya perlu kembali diulas sebagai bentuk sumbangan pemikiran” imbuhnya.

Alex Lim menilai bahwa ada 3 ciri dan pola kepemimpinan Tionghoa yang sangat menonjol hingga saat ini. Pertama, sistem perintah atau gaya “bos,” semua taat komandonya tanpa melalui atasannya atau bagian personalia. Kedua, apabila melakukan rapat, cenderung tidak bertele-tele, dan tidak suka menunda pekerjaan. Ketiga, umumnya siap ditempatkan di posisi mana pun juga. Ibaratnya, tidak ada istilah “The right man on the right place.”

Bagi Alex Lim, beberapa pola kepemimpinan tersebut di atas dalam konteks hari ini tentu saja ada plus minusnya. Maksudnya ada efektifitas model kepemimpinan bersistem komando, misalnya, dengan pola kepemimpinan lainnya. Tapi di sisi lain juga dinilai kurang bagus apabila dikaitkan dengan prinsip demokrasi yang menekankan musyawarah dan mufakat.

Linda Bustan, moderator diskusi, juga memberi catatan dalam diskusi tersebut bahwa pola kepemimpinan Tionghoa masih bersifat individualis ketimbang kolektif kolegial yang mengedepankan kerjasama tim. Bahkan, lanjut Linda, dalam banyak hal masih dipengaruhi oleh kesuksesan ekonomi warga Tionghoa itu sendiri.

“Ya, faktor ekonomi seseorang masih mendominasi dan berdampak pada kepemimpinan warga Tionghoa pada umumnya. Singkat kata, siapa yang kaya, dialah yang akan menjadi pemimpin” ungkapnya dengan tersenyum.***

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More