Baru-baru ini, STAIN Jember
menyelenggarakan seminar internasional bertajuk masa depan Islam di Asia
Tenggara. Digelarnya acara tersebut bukan tanpa alasan. Tantangan dan peluang
globalisasi informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi alasan utamanya. Narasumber
dalam seminar tersebut diantaranya pakar Peradaban Islam dari Malaysia dan
Thailand (Prof. Dr. Siti Ruqayah Hj Tibek), Dr Abdullah Yeelah (Abroad Amuni
Association Of Shoutern Border Provinces Thailand), Dr. Pujiono, M.Ag (STAIN
Jember), Asep Ahmad Fathurrohman (Dosen FAI dan PPS PAI UNINUS, PPS IAIC
Tasikmalaya), DR. Choirul Mahfud, M.Pd.I, M.IP (Dosen pascasarjana UMSurabaya
dan direktur eksekutif LKAS/ Lembaga Kajian Agama dan Sosial Surabaya) dan
Ahmad Asroni (Dosen UIN Sunan Kalijaga dan peneliti Tolerance Institute, Yogyakarta).
Minan Jauhari mencatat sambutan Ketua
Panitia Dr. Ahidul Asror, M. yang mengungkap catatan sejarah bahwa peradaban Islam
mengalami perkembangan yang cukup luar biasa bahkan kebangkitannya yang terjadi
di berbagai kawasan, salah satunya juga terpusat di Asia Tenggara. Karenanya
wacana tentang Asia Tenggara Modern, diakui oleh beberapa pengamat telah
mengalami dinamika yang luar biasa. Bahkan modernisasi Islam yang terjadi di
wilayah ini dikenal lebih terbuka dibanding dengan beberapa kawasan lainnya.
Fenomena kebangkitan Islam inilah menurut Asror telah melahirkan tesis yang
berisikan tentang prediksi bahwa kawasan Asia Tenggara berpotensi menjadi
sebuah konsentrasi bagi lahirnya peradaban Islam di masa yang akan datang.
Meski demikian Asror juga menegaskan pada sisi yang lain,
kebangkitan Islam di Asia Tenggara tidak dapat terhindar dari berbagai
persoalan yang menyertainya. Munculnya ketegangan politik-sosial-kultural yang
terjadi menjelang milenium ketiga serta ragam artikulasi Islam pada masa
transisi demokrasi yang terjadi di beberapa negara di kawasan ini, menjadi
bukti bahwa kebangkitan Islam di Asia Tenggara masih menyisahkan berbagai
persoalan serius.
Dr. Choirul Mahfud dalam acara tersebut juga menyampaikan salah
satu bukti kebangkitan peradaban Islam di kawasan Asia Tenggara adalah adanya
pembangunan masjid Cheng Ho di beberapa kawasan di Indonesia, Malaysia dan
Singapura. Menurutnya, Masjid Cheng Ho yang dimaksud adalah bangunan masjid berarsitektur
Tiongkok yang unik dan inspiratif.
Sementara itu, Prof. Babun Suharto,
Rektor STAIN Jember menjelaskan maju-mundurnya peradaban Islam di Asia Tenggara
tidak luput dari dukungan berbagai pihak, terutama universitas dan perguruan
tinggi Islam di kawasan ini.
Pernyataan optimisme Babun Suharto
tersebut tentu saja sangat beralasan. Apalagi Islam dalam sejarahnya pernah
mengalami masa kejayaan di era dinasti Abbasiyah dalam bidang ilmu pengetahuan,
kesehatan, teknologi dan lainnya. Juga banyak tokoh intelektual muslim yang
lahir dari lembaga pendidikan Islam pada waktu itu.
Tentu saja, hari ini dan esok,
prospek masa depan peradaban Islam di Asia Tenggara juga akan semakin membaik
bila dilihat dari upaya kerjasama yang kini terus dibangun antar perguruan
Tinggi Islam di kawasan Asia Tenggara. Misalnya saja, kini beberapa kampus
Islam di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam terus
menjalin kerjasama dalam berbagai bidang penelitian, pendidikan, dan publikasi
ilmiah internasional.
Sementara itu, Prof. Siti Rugayah Hj
Tibek dari Universiti Kebangsaan Malaysia melihat masa depan peradaban Islam
kini mulai bergeser ke arah penguasaan teknologi informasi. Ia mencontohkan di
Malaysia dengan adanya mega proyek membangun peradaban Islam melalui film
bernuansa islami, diantaranya film Upin Ipin, yang kini juga populer di
Indonesia.
Menurut Siti Rugayah, peradaban
Islam yang ideal itu harus mengarah pada bangsa yang beradab. Yakni bangsa yang
mencintai seni, budaya dan ilmu pengetahuan yang mendorong kemajuan,
kemanfaatan, kesopanan, kejujuran, keadilan, kesejahteraan dan kedamaian.***Choirul Mahfud
0 komentar:
Post a Comment