Sosok HMY. Bambang Sujanto adalah tokoh mualaf muslim Tionghoa yang berjasa besar dibalik berdirinya masjid Cheng Hoo Surabaya. Baginya, berjihad tidak perlu harus menggunakan cara kekerasan atau bahkan bom bunuh diri, namun bisa melalui masjid. “Saya mengabdikan hidup saat ini untuk berjihad melalui pengembangan masjid Cheng Hoo” ungkap Bambang Sujanto. “Cara jihad semacam ini merupakan bagian dari usaha menebus dosa dan beramal bagi umat dan bangsa” imbuh Bambang. Pengakuan iman yang jujur dari Bambang Sujanto ini ternyata tidak lepas dari perjalanan spiritualnya yang panjang dan berliku. Sebelum masuk Islam, Bambang Sujanto yang memiliki nama Tionghoa Lioe Ming Yen berasal dari keluarga Tionghoa kaya penganut agama Buddha. Ketika menginjak usia 38 tahun, Bambang Sujanto memutuskan untuk memeluk agama Islam. Keputusan menjadi seorang mualaf bagi Bambang bukan tanpa tantangan. Justru, babak baru dalam kehidupannya seolah baru dimulai. “Saya masuk Islam tahun 1980, keputusan menjadi mualaf itu sempat mendapat cemooh dan hinaan dari sana-sini” ungkapnya. “Tetapi, saya terus berusaha menjelaskan dan membuktikan diri, terutama kepada orang tua dan keluarga besar Tionghoa terkait kenapa masuk Islam. Dan Alhamdulillah, akhirnya mereka lambat laun menerima alasan dan mendukung langkah saya menjadi mualaf hingga saat ini” imbuhnya. Hal yang paling membuatnya bahagia adalah setelah bebarapa tahun atas ikrar Islamnya, dia juga bisa mengislamkan istrinya, Tin Indrawati. Bambang Sujanto mengaku keputusan masuk Islam sebagai upaya untuk mengekang diri dan menebus dosa. “Saya termasuk mantan playboy kelas kakap, bahkan kawan saya menyebut saya sebagai bajingan. Karena itu, saya berusaha tobat dan menebus dosa dengan masuk Islam” ujarnya. “Saya sering ditanya kenapa memilih Islam bukan lainnya. Saya menjawab karena takdir dan mengingat jumlah umat Islam di sini mayoritas. Bila berbuat kemaksiatan atau keburukan walau sedikit saja, pasti saya akan cepat diketahui. Sehingga saya bisa dikekang” imbuhnya. Menariknya, kemantapan masuk Islam Bambang Sujanto tidak lepas doa restu orang tua. “Walau sempat tidak mendukung, Ibu saya merestui saya menjadi mualaf dan memberi uang untuk naik haji pertama kalinya pada 1980” ungkap Bambang. Tak hanya itu, atas kiprah sosial keagamaan melalui Masjid Cheng Hoo dan PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia) di Jawa Timur, HMY. Bambang Sujanto pernah memperoleh penghargaan Doctor Honoris Causa (DR HC) dari salah satu Universitas di Amerika Serikat. “Betul, saya memang pernah memperoleh penghargaan itu (Doctor Honoris Causa) dari Universitas di Amerika. Namun saya malu untuk menggunakan gelar tersebut” ungkapnya. Di bulan suci Ramadhan tahun ini, aktivitas sosial keagamaan Bambang Sujanto tidak jauh dari masjid Cheng Hoo dan dunia bisnis. “Saat ini, selain berbisnis, saya fokus berjihad melalui pengembangan masjid Cheng Hoo di berbagai kawasan di Indonesia. Termasuk pembangunan masjid Cheng Hoo di Kabupaten Jember” Imbuhnya. Bagi Bambang Sujanto, masjid Cheng Hoo bukan saja tempat ibadah, melainkan juga wadah silaturahmi bagi siapa saja dan tempat belajar agama Islam sekaligus ikon wisata religi. “Alhamdulillah, Masjid Cheng Hoo selalu menjadi salah satu tujuan wisata bagi wisatawan dalam dan luar negeri” ungkapnya.*** Choirul Mahfud
0 komentar:
Post a Comment